Karinding sejak tahun 2010 masuk
kembali di kampung Jaha setelah lama menghilang tertelan arus modernisasi
dibawa kembali oleh Ahmad Lamhatun Nadzhori yang biasa dikenal dengan nama Ncek
Raruyukan dengan rekan-rekannya yaitu Muklis, Rita, Jojo dan Yopi yang memiliki
tekad untuk memperkenalkan kembali karinding yang dahulu memang sudah eksis di
kampung Jaha. Karinding ini mampu menarik minat para pemuda-pemudi kampung Jaha
sehingga mau mempelajari karinding di padepokan seni Barak Karinding yang di
dirikan oleh Ncek. Awal mulanya Ncek mempelajari terlebih dahulu mengenai
karinding kepada Kang Mamat pendiri Sanggar Karinding Reang di Bandung. Cara
memperkenalkan karinding yang dilakukan oleh Ncek yaitu dengan cara memainkan
karinding disela waktu luang di lingkungan rumahnya. Karena suara karinding
yang khas maka orang sekitar pun tertarik untuk mengetahui karinding lebih jauh
dan mau mempelajarinya. Banyak anak muda yang tertarik untuk masuk padepokan
seni Barak Karinding dan mempelajari dengan tekun mengenai karinding tersebut.
Seperti yang dituturkan oleh yuda dan yusril yang merupakan anggota padepokan
seni karinding yang umurnya masih remaja yaitu 16 tahun yang merupakan usia
yang menuhankan gengsi dalam pergaulannya memberikan alasan mengapa tertarik
untuk mempelajari karinding yaitu karena karinding adalah alat musik yang unik
baik dari segi bentuknya yang sederhana namun mampu menghasilkan suara yang
khas dan cukup lantang. Karinding memang memiliki suara yang unik yang ketika
didengar akan melekat diingatan karena sudah memilki karakternya sendiri. Memilik
potensi anak muda yang berminat pada karinding padepokan seni ini akhirnya
mengkreasikan karinding dengan beberapa alat musik seperti celempung bambu air,
gleger, song soe, goong tiup, jimbe dan juga gitar. Sehingga musik yang
dihasilkan lebih indah. Selain ditampilkan berupa pertunjukan musik. Konsep
musik karinding ini juga dikreasikan dalam musikalisasi puisi dan drama
musikal. Beberapa karya drama musikal yang di miliki padepokan ini yaitu
perdamaian dan inti kesadaran. Pada karya “Perdamaian” merupakan teater musikal
yang berisikan cerita mengenai arti kedamaian dan untungnya mengedepankan
kedamaian bagi seluruh umat manusia. Selain itu juga terdapat karya “Inti
Kesadaran” yang berisikan tentang penyadaran kepada masyarakat agar tidak
menyia-nyiakan hidupnya dengan mabuk-mabukan maupun narkoba yang saat ini jelas
terlihat dampaknya seperti apa terhadap perilaku masyarakat sekitar dan
kehidupan personalnya. Pengembangan karya ini didasarkan pada falsafah
karinding yang mereka anut yaitu “Sabar, Sadar, Yakin” dari falsafah ini para
pemuda dan pemudi kampung Jaha bertindak dan berperilaku berdasarkan makna dari
falsafah karinding ini yaitu sabar, baik sabar dalam menghadapi kehidupan dan
segala permasalahan yang ada maupun sabar dalam bersikap agar tidak
mengedepankan emosional dibandingkan rasionalitas yang biasanya menjadi problema
bagi para kaum muda yang masih mengedepankan emosi dalam pengambilan keputusan
maupun dalam bertindak. Selain itu makna sadar, juga diterapkan dalam
menjalankan hidup ini haruslah didasarkan pada kesadaran baik kesadaran agama,
maupun terhadap lingkungan sosial yang ada sehingga dalam bertindak akan lebih
mempertimbangkan sesuatu didasarkan kesadaran tersebut dan memiliki kesadaran
terhadap lingkungan sekitar agar lebih peka ditengah masyarakat di era
globalisasi ini. selanjutnya makna yakin, diterapkan untuk menyakini hal apapun
yang hendak dilakukan berdasarkan pada kesadaran yang dimiliki. Sehingga
pemuda-pemudi memiliki keyakinan baik terhadap dirinya sendiri maupun keyakinan
dalam setiap perbuatannya, jadi tidak bertindak tanpa adanya keyakinan dalam
dirinya.
Jika dikaji dengan menggunakan teori
Plekhanov mengenai seni yakni fungsi seni adalah membantu perkembangan
kesadaran manusia dan membantu memajukan sistem sosial. Hal ini benar dilakukan
oleh kaum muda padepokan seni Barak Karinding karena dilihat dari beberapa
karyanya yang dimaksudkan untuk menimbulkan kesadaran terhadap realitas yang
ada sekarang seperti banyak orang yang sering berkelahi hanya karena hal yang
kecil tanpa memahami adanya pluralitas di negara Indonesia ini maka karya “Perdamaian”
mampu memberikan kesadaran agar setiap bertindak hendaknya berorientasi pada
perdamaian bukan malah menciptakan kerusuhan karena pada hakikatnya Indonesia
terdiri dari banyak suku bangsa dan daerah sehingga perdamaian antar sesama
merupakan sebuah kunci ketentraman hidup ditengah masyarakat Indonesia yang
plural. Kesadaran ini didasarkan kepada makna yang diambil dari filosofi
karinding yang mereka anut. Karya lain yaitu “Inti kesadaran” yang berusaha
membangun kesadaaran masyarakat mengenai bahayanya narkoba dan obat-obatan
terlarang serta mabuk-mabukan yang mampu merusak diri sendiri dan juga
berdampak kepada orang sekitar sehingga perlu adanya kesadaran masyarakat
mengenai hal tersebut agar hidupnya menjadi lebih sejahtera.
Persoalan kesadaran sebenarnya masalah
pribadi yang berkembang menjadi karakteristik dan kepribadian setiap individu
yang bersangkutan dan berbagai bentuk komunikasi pun dilakukan baik oleh
individu, kelompok dan organisasi dalam membangun kesadaran tersebut.
Maka dari itu kesadaran mengenai realitas sosial yang dibangun oleh para pemain
karinding berawal dari para pemainnya yang dilatarbelakangi oleh makna dari
filosofi “Sabar, Sadar, Yakin” mampu mempengaruhi kehidupan kaula muda kampung
Jaha dalam perilakunya yang dijadikan sebagai pondasi pengingat dalam
berperilaku maupun bersikap sehingga dari adanya makna tersebut mulailah muncul
kesadaran bahwa seni karinding harus mampu memberikan makna yang sama bagi pendengarnya,
makna sabar, sadar dan yakin itu haruslah juga mampu menjadi pedoman bersikap
masyarakat sehingga untuk menanamkan hal tersebut dibuatlah kreasi seni teater
musikal yang karyanya berisi tentang memberikan kesadaran terhadap realitas
yang ada. Dengan adanya karinding yang digunakan sebagai media untuk penyadaran
realitas sosial. Dalam hal ini karinding juga mampu memberikan kesadaran kepada
masyarakat mengenai karinding sendiri sebagai alat musik tradisional yang
pernah terlupakan agar masyarakat luas mengenal karinding sebagai kebudayaan
tradisional yang mampu menjadi identitas daerah maupun identitas negara di
tengah arus globalisasi yang menurunkan minat masyarakat terhadap musik
tradisional yang merupakan warisan bangsa Indonesia secara turun temurun. Jika
ditilik lebih jauh mengenai karinding, sudah terbukti bahwa karinding memiliki
fungsi yang membantu masyarakat dalam berbagai hal seperti mengusir hama,
memikat lawan jenis, membantu pengiringan ritual agama, serta kariding juga
menjadi sarana membangkitkan kesadaran masyarakat melalui karya-karyanya karinding
membangkitkan kesadaran sosial mengenai permasalahan sekitar dan juga kesadaran
bahwa karinding sebagai musik tradisional yang mampu menjadi media sesuai
kebutuhan si pemainnya.
Sehingga dengan memainkan karinding
bukan hanya melestarikan kebudayaan tradisionnal tetapi juga memberikan
kesadaran terhadap realitas sosial yang ada dengan karinding. Tidak ada alasan
untuk tidak mempelajari musik tradisional karena musik tradisional seperti
karinding mampu menstimulus kaum muda yang berkedudukan sebagai pemain
karinding agar lebih melek terhadap realitas sosial berdasarkan makna filosofi
karinding yang dianutnya dan diimplementasikan dalam setiap tindakan maupun pengambilan
keputusan dan penyelesaian masalah yang ada.
Post a Comment
Post a Comment