Barak karinding merupakan sebuah
padepokan seni yang melestarikan karinding dengan dipadukan juga dengan alat
musik yang berasal dari bambu. Padepokan ini beraliran kontemporer, yakni perpaduan
antara musik tradisional sunda, modern dan seni tetrikal. Barak karinding
didirikan oleh seniman jalanan yang memiliki tujuan untuk melestarikan budaya
asli Indonesia, terutama alat musik karinding. Saat ini padepokan seni barak
karinding telah berkembang menjadi sebuah lembaga seni dan telah memiliki
struktur kepengurusan serta puluhan dan penggemar setia.
Barak karinding memilih alat musik
tradisional karena melihat kebiasaan yang terjadi pada kalangan pemuda yang
perlahan melupakan keberadaan alat musik tradisional dan lebih banyak yang
mendalami alat-alat musik yang berasal dari budaya luar Indonesia. Karena
terdorong oleh perkembangan zaman yang mendukung perkembangannya keberadaan
budaya dari luar Indonesia.
“…pakai juga alat musik tradisional yang kita kenal
kaya angklung dan gamelan dan lain-lain, terus biar menarik, dibuatlah
teaternya gitu, teater kontemporer. Tapi perkembangan kemari, dengan banyaknya
anak-anak, terus penggalian budaya tentang karinding di banten akhirnya kita
mengambil tujuan, visi misi, yaitu dengan yakin sabar sadar di kebudayaannya,
kearifan lokal terus pembangannya kesenian teater musik kontemporer”. (Muklis
Ponco, salah satu pendiri Padepokan Barak Karinding).
Selain pendiri, para pengurus dan para
anggota, barak karinding juga berhasil menularkan nilai-nilai budaya kepada
masyarakat sekitar lingkungan padepokan, hal ini dibuktikan dengan lahirnya Bakkar Lovers, nama untuk anggota muda
sekaligus fans club dari barak karinding, dan dukungan penuh dari masyarakat
sekitar untuk pelestarian kesenian teater musik kontemporer barak karinding.
Masyarakat menilai kegiatan yang dilakukan oleh padepokan ini merupakan
kegiatan yang positif dan layak untuk mendapatkan dukungan.
Padepokan seni barak karinding melandasi
teater musik kontemporernya dengan pesan moral yang meliputi norma sosial
dikehidupan masyarakat yang diharapkan dapat dicerna oleh publik apa yang
hendak disampaikan oleh barak karinding dalam karya-karyanya yang menyiarkan
tentang kebaikan. Penggambaran melalui visual gerak pemain atau disebut teater
menjadi penjabaran maksud yang hendak disampaikan. Ketika pementasan barak
karinding ini menggunakan pakaian tradisional khas sunda yaitu baju
pangsi/lomar putih atau hitam, celana pangsi putih atau hitam, dan sarung polos
berwarna putih atau hitam. Hal ini dilakukan untuk mencerminkan identitas
budaya yang bisa menjadi gaya ketika digunakan oleh kaula muda. Dalam pakaian
tradisional ini mengajarkan pada penikmat musik karinding agar hidup sederhana
seperti pakaian yang digunakan oleh para pemain karinding dan baju tradisional
sunda ini lebih sering menggunakan yang berwarna hitam karena warna hitam
melambangkan kesederhanaan dan terdapat filosofi bahwa hitam artinya berasal
dari tanah atau bumi sehingga sudah seharusnya sebagai anak bangsa juga mampu
menghargai bumi dan menjaga kelestariannya. Selain dari pakaian yang terdapat
nilai kesederhanaan, karya-karya barak karinding yang lain juga mengandung
nilai-nilai budaya seperti karya “Walungan Cisadane” yang merupakan lagu yang
menggambarkan keindahan alam Indonesia. Keindahan alam Indonesia itu
menentramkan hati dan jiwa. Namun keindahan itu tidak akan selamanya indah.
Kita harus menjaga dan melestarikannya. Itu adalah tugas kita semua sebagai
warga Indonesia dan juga sebagai ungkapan syukur kepada Allah. Selain itu ada
pula karya lain yaitu “ Rajah Nabi” yang menggambarkan kehidupan setelah
kematian, yang dimana manusia dikumpulkan dialam mahyar. Manusia diingatkan
agar tidak lalai dalam menjalankan aktivitas beribadah seperti shalat. Tekun
beribadah dan rajin serta tidak melakukan perbuatan yang dilarang oleh agama.
Nilai-nilai yang hendak disampaikan oleh
padepokan ini melalui musik karinding tak terlepas dari filosofi yang dipegang
teguh yakni “Yakin, Sabar dan Sadar”. Penanaman nilai-nilai budaya terhadap
penikmat musik karinding ini dapat dilakukan dengan memahami terlebih dahulu
kebiasaan anggota ataupun yang bukan anggota pada pergaulan sehari-harinya
sehingga individu tersebut tidak merasa terpaksa. Setelah itu maka dapat
dilakukan hal seperti mengajak bermain ke sawah. Mengingat Indonesia adalah
negara yang agraris dan masih dapat ditemukan sawah disekitaran daerah Banten
ini khususnya dilingkungan penulis melakukan penelitian maka mengajak bermain
di sawah merupakan hal yang mampu menjadikan kesempatan bagi kita untuk
memperkenalkan karinding sebagai salah satu alat musik tradisional kebudayaan
sunda yang pada awalnya tercipta sebagai alat musik pengisi waktu luang ketika
di sawah sehingga mengajak menikmati indahnya agraris Indonesia mampu menjadi
upaya untuk menanamkan kecintaan kepada karinding sebagai musik tradisional.
Selain bermain ke sawah, berwisata ke
kampung adat juga mampu menjadi upaya untuk menumbuhkan kemauan untuk
mempelajari karinding sebagai salah satu warisan budaya khususnya sunda dan di
Banten sendiri di masyarakat baduy karinding ini juga sudah berkembang sejak
lama, sehingga dengan kita berjalan-jalan ke kampung adat seperti baduy
contohnya akan menumbuhkan perasaan ingin mengetahui kebudayaan sunda dan
karinding merupakan salah satu kebudayaan sunda.
Upaya lain untuk memperkenalkan
karinding hingga akhirnya mampu menanamkan nilai-nilai budayanya dapat
dilakukan dengan berbaur pada kegiatan-kegiatan rutin dan merupakan kebiasaan
mereka misalnya melakukan permainan futsal bersama, melakukan makan bersama
atau istilah lain dikenal dengan babacakan
ataupun ngeliwet, ataupun sekedar
berkumpul diwarung kopi yang semuanya itu mampu meningkatkan rasa solidaritas
sehingga muncul kemauan untuk mempelajari karinding. Karena bisa diselipkan
ditengah-tengah waktu berkumpul ketika ada waktu luang digunakan untuk bermain
karinding. Wisata rohani untuk meningkatkan keimanan kepada Sang Pencipta juga
dapat dilakukan sejalan dengan filosofi “Yakin, Sabar, Sadar” yang dapat pula
diimplementasikan untuk kerohanian. Wisata kerohanian ini dapat dilakukan
dengan cara melakukan pengajian rutin seperti yang sering dilakukan oleh
anggota barak karinding setiap malam selasa yang dipimpin oleh ustadz-ustadz di
Kampung Jaha. Dengan meningkatkan apresiasi terhadap pementasan akan membuat
para pemain karinding lebih bersemangat untuk melestarikan kebudayan karinding,
dan dengan adanya apresiasi sebagai orang awam yang belum mengenal karinding
akan memiliki ketertarikan yang berawal dari apresiasi tersebut sehingga
nantinya akan mampu menanamkan nilai-nilai kebudayaan.
Selain upaya yang telah dijelaskan tadi,
melakukan kerja sama juga dapat menjadi upaya untuk lebih memperluas penanaman
nilai-nilai budaya. Seperti dengan melakukan kerja sama dengan komunitas lain
akan mampu membuat para pemain karinding terpacu dan terus melakukan inovasi
untuk melahirkan karya-karya yang mampu membangkitkan realitas sosial yang ada.
Peran pemerintah dalam pelestarian budaya juga sangat berpengaruh, maka dengan
melakukan kerja sama dengan lembaga nega dapat menjadi salah satu upaya untuk mengembangkan
nilai-nilai kebudayan ditengah masyarakat Indonesia. Dan di tengah era
globalisasi seperti sekarang pemanfaatan media sosial juga dapat digunakan
untuk mengunggah hasil-hasil karya seni karinding kepada khalayak umum sehingga
eksistensinya semakin luas seperti pemanfaataan instagram, facebook, twitter
ataupun youtube dapat menjadi pilihan untuk memperkenalkan karinding sebagai
kebudayaan Indonesia yang kemudian dapat menimbulkan ketertarikan dan minat
untuk mempelajari karinding barulah lanjut pada penanaman nilai-nilai budayanya.
Post a Comment
Post a Comment