Sistematika Filsafat
Perlu diulang lagi bahwa dalam
garis besar filsafat mempunyai 3 cabang besar, yaitu teori pengetahuan, teori
hakikat dan teori nilai.
Ø
Teori pengetahuan pada dasarnya
membicarakan tentang cara memperoleh pengetahuan (epistomologi).
Ø
Teori hakikat membahas semua
objek, dan hasilnya ialah pengetahuan filsafat (ontologi).
Ø
Teori nilai, membicarakan guna
pengetahuan tadi (aksiologi)
Epistimologi
Epistimologi membicarakan
pengetahuan dan cara memperoleh pengetahuan. Disebut juga sebagai filsafat
pengetahuan. Istilah ini pertama kali muncul dan digunakan oleh J.F.Ferrier
pada tahun 1854 (Runes, 1971:94). Pengetahuan diperoleh manusia dengan berbagai
cara dan menggunakan berbagai alat. Ada beberapa aliran yang mebicarakan
tentang ini.
Empirisme
Berasal dari kata Yunani empeirikos yang berasal dari empeiria yang artinya
pengalaman. Menurut aliran ini, manusia memperoleh pengetahuan melalui
pengalamannya.
Rasionalisme
Secara singkat aliran ini menyatakan bahwa akal adalah dasar kepastian
pengetahuan. Pengetahuan yang benar diperoleh dan diukur dengan akal.
Manusia menurut aliran ini memperoleh pengetahuan melaui kegiatan akal
menangkap objek. Bapak aliran ini ialah Rene Descartes(1596-1650). Akan tetapi
sesungguhnya paham seperti ini sudah ada jauh sebelum itu. Orang-orang Yunani
kuno telah meyakini juga bahwa akal adalah alat dalam memperoleh pengetahuan
yang benar, lebih-lebih pada aristoteles.
Positivisme
Tokoh aliran ini ialah August Compte (1798-1857). Ia penganut empirisme. Ia
berpendapat bahwa indera itu penting dalam memperoleh pengetahuan, tetapi harus
dipertajam dengan alat bantu dan diperkuat dengan eksperimen. Kekeliruan indera
dapat dikoreksi lewat eksperimen. Pada dasarnya positivisme bukan aliran yang
khas berdiri sendiri. Ia hanya menyempurnakan empirisme dan rasionalisme yang
bekerjasama. Dengan kata lain, ia menyempurnakan metode ilmiah dengan memerlukan
perlunya eksperimen dan ukuran-ukuran. Jadi, pada dasarnya positivisme itu sama
dengan empirisme plus rasionalisme.
Intuisionisme Henri
Bergson(1859-1941) adalah tokoh aliran ini. Ia menganggap tidak hanya indera
yang terbatas, akal juga terbatas. Objek-objek yang kita tangkap itu adalah
objek yang selalu berubah. Jadi pengetahuan kita tentangnya tidak pernah tetap.
Intelek atau akal juga terbatas. Akal hanya dapat memahami suatu objek bila ia
mengonsentrasikan dirinya pada objek itu. Jadi dalam hal seperti itu manusia
tidak mengetahui keseluruhan. Tidak juga dapat memahami sifat-sifat yang tetap
pada objek. Akal hanya mampu memahami bagian-bagian dari objek. Kemudian
bagian-bagian itu digabungkan oleh akal.
Ontologi
Setelah membenahi cara
memperoleh pengetahuan, filosof mulai menghadapi objeknya untuk memperoleh
pengetahuan. Objek-objek itu dipikirkan secara dalam sampai pada hakikatnya.
Itulah sebabnya teori ini dinamakan teori hakikat. Ada pula yang menamainya
ontologi. Hakikat merupakan kenyataan yang sebenarnya. Kosmologi membicarakan
hakikat asal, hakikat turunan, hakikat berada, juga hakikat tujuan kosmos.
Matrealisme
Menurut aliran ini, hakikat benda adalah materi, benda itu sendiri. Rohani,
jiwa, spirit, dan sebagainya mucul dari benda. Rohani dan kawan-kawannya tidak
akan ada seandainya tidak ada benda.
Idealisme
Aliran ini berpendapat sebaliknya. Hakikat benda adalah rohani, spirit, atau
sejenisnya.Alasannya:
a. Nilai roh lebih tinggi dari pada badan
b. Manusia lebih dapat memahai dirinya dari pada dunia luar dirinya
c. Materi ialah kumpulan energi yang menempati ruang; benda tidak ada, yang ada
itu energi saja (Oswald)
DualismeYang merupakan hakikat
pada benda itu ada dua , yakni materi dan imaterial, benda dan roh, jasad dan
spirit. Materi bukan muncul dari roh, dan roh bukan muncul dari
benda. Pemikiran orang idealis menyatakan bahwa hakikat adalah roh. Paham
ini akan berujung padaTuhan, surga, dan neraka.
a. Theodichea membicarakan Tuhan dari segi pikiran. Apa tuhan itu ada, apa
buktinya, apa sifatnya, dll.
b. Teisme merupakan paham yang menyatakan bahwa tuhan itu ada.
c. Monoteisme mengajarkan bahwa tuhan itu esa.
d. Trinitisme mengajarkan bahwa tuhan itu satu tapi beroknum tiga.
e. Politeisme adalah paham yang mengajarkan bahwa tuhan itu banyak.
f. Panteisme mengajarkan bahwa antara alam dan tuhan tidak ada jarak.
g. Panenteisme mengajarkan bahwa tuhan adalah kesadaran jagat raya.
h. Ateisme merupakan isme yang mengajarkan bahwa tuhan itu tidak ada.
i. Agnostisisme merupakan paham ketuhanan yang terletak antara teisme dan
ateisme.
Logika merupakan cabang filsafat yang dikembangkan oleh
Aristoteles. Logika membicarakan norma-norma berpikir benar agar diperoleh dan
terbentuk pengetahuan yang benar. Ada dua macam logika yaitu logika formal dan
logika material.
Logika formal merupakan logika
yang memberikan norma berpikir benar dari segi bentuk berpikir. Logika formal
adalah logika bentuk. Logikanya ialah agar diperoleh pengetahuan yang benar,
maka bentuk berpikirnya pun harus benar. Benar atau salah isinya, dibicarakan
oleh logika material.
Dalam logika,dikenal perbedaan
antara kesimpulan yang tepat dan kesimpulan yang benar. Kesimpulan yang tepat
diperoleh bila bentuk berpikirnya benar. Kesimpulan yang benar berasal dari
penyelidikan terhadap isi kesimpulan itu.
- Contoh bentuknya benar (tepat)
dan isinya benar:
Setiap manusiaakan mati.
Muhammad adalah manusia. Jadi, Muhammad akan mati.
- Contoh bentuknya tepat tapi
isinya tidak benar:
Manusia adalah sejenis hewan.
Kuda adalah salah satu jenis hewan, jadi kuda sama dengan manusia.
Suatu kesimpulan dikatakan
benar bila isi kesimpulan itu sesuai dengan objeknya. Sesuai dengan keadaan
yang sebenarnya. Untuk mengetahui kesesuaian itulah tugas logika material.
Dalam garis besarnya, logika formal membicarakan masalah pengertian, putusan
dan penuturan.
Pengertian merupakan gambaran
di dalam jiwa tentang objek yang telah diabtraksikan. Cara membentuk pengertian
ialah dengan membuat gambaran dalam jiwa kita tentang objek itu dengan membuang
seluruh ciri aksidensinya. Bila kita buang ciri aksidensinya maka yang tersisa
ialah ciri esensinya. Ciri esensi merupakan ciri yang menunjukkan bahwa ia
adalah ia, dan merupakan ciri yang tidak boleh tidak adapada objek. Ciri
aksidensi adalah ciri pelengkap , sifat yang melekat pada esensi objek. Selanjutnya tugas logika adalah
membentuk pengertian itu menjadi definisi. Definisi ialah penyebutan ciri
esensi suatu objek. Bakry dan Mehra menjelaskan jika definisi ialah pengertian
yang lengkap tentang suatu istilah yang mencakup semua unsur yang menjadi ciri
utama istilah itu. Ada 4 syarat definisi:
1. Ciri esensi yang disebut
tidak boleh berlebihan dan tidak boleh kurang
2. Tidak memakai kata yang
berulang-ulang
3. Tidak memakai perkataan yang
terlalu umum
4. Tidak memakai kata negatif
Tahap-tahap dalam logika disebut
memutuskan dan hasilnya disebut putusan. Kegiatan memutuskan harus
mempertimbangkan hal berikut:
1. Menguasai struktur kalimat
2. Menyadari mana esensi dan
aksidensi
3. Mengetahui mana esensi dan
mana aksidensi yang telah menjadi aksidensi untuk objek yang lebih khusus.
4. Memahami pola putusan
Penuturan ialah putusan baru
yang dibentuk dari putusan-putusan yang telah ada. Kegiatan putusan baru
tersebut disebut menuturkan. Jadi urutannya ialah pengertian,putusan, putusan
baru. Etika merupakan teori tentang
nilai baik dan buruk. Sedangkan estetika merupakan nilai keindahan.
Aksiologi
Filsafat sebagai kumpulan teori
filsafat digunakan untuk memahami dan mereaksi dunia pemikiran. Filsafat
sebagai philosophie of life merupakan suatu kondisi ketika filsafat dijadikan
sebagai pandangan hidup. Yang amat penting ialah, filsafat sebagai methodology
dalam memecahkan masalah. Sesuai dengan sifat filsafat, ia memecahkan masalah
secara mendalam dan universal. Penyelesaian masalah secara mendalam maksudnya
menyelesaikan masalah dengan mencari penyebabnya sebagai langkah awal.
Universal artinya melihat masalah dalam hubungan seluas-luasnya.
Khulasah
Pengantar kepada filsafat yang
ringkas ini bermaksud menjelaskan apa filsafat itu, apa objek yang ditelitinya,
bagaimana cara penelitiannya, dan apa saja sistematikanya. Lalu diperkenalkan juga isme-isme dalam filsafat.
Daftar Pustaka :
Tafsir, Ahmad. 2008. FILSAFAT UMUM AKAL DAN HATI SEJAK THALES SAMPAI CAPRA. Bandung : PT REMAJA ROSDAKARYA
Post a Comment
Post a Comment