Akal dan Hati Pada Abad Pertengahan
Plotinus (204-270)
Ajaran Plotinus atau Ployinisme
erat kaitannya dengan ajaran Plato, yakni menganut realitas idea. Sistem
metafisika Plotinus ditandai oleh konsep transendens. Menurut pendapatnya, di
dalam pikiran terdapat tiga realitas, yakni the one, the mind, dan the soul. The one (Yang Esa) adalah Tuhan
dalam pandangan Philo, yaitu suatu realitas yang tidak mungkin dapat dipahami
melalui metode sains dan logika. Ia berada di luar eksistensi, di luar segala
nilai. The mind merupakan gambaran dari Yang Esa dadi dalamnya mengandung
idea-idea Plato. Idea-idea itu merupakan bentuk asliobjek-objek.The soul, teori
ini adalah realitas ketiga dalam filsafat Plotinus. Sebagai arsitek semua
fenomena yang ada di alamini, soul itu mengandung satu jiwa dan banyak dunia
kecil. Jiwa dunia dapat dilihat dalam dua aspek, ia adalah energi di belakang
dunia, dan pada waktu yang sama ia adalah bentuk-bentuk alam semesta. Jiwa
manusia juga mempunyai dua aspek, yang pertama intelek yang tunduk pada
reinkarnasi, dan yang kedua adalah irasional.
Augustinus (354-430)
Alih-alih akal dan pemikiran
kritis diambilnya keimanan, alih-alih manusia dan kemampuannya diambil
kedaulatanTuhan. Intelektualisme tidak penting dalam sistemnya, yang penting
ialah cinta kepada Tuhan (Mayer, 357).Setiap pengertian tentang kemungkinan pasti
mengandung kesungguhan. Bila orang menganggap bahwa suatu doktrin adalah sebuah
kemingkinan, ia harus menganggap bahwa di dalam doktrin itu ada kebenaran. Bila
orang ragu bahwa dia hidup, tentu ia benar-benar hidup.
Ia berpendapat bahwa tugas
manusia adalah memahamii gejala kenyataan yang selalu berubah. Mengenai
penciptan jiwa, penempatannya di dalam badan bukan hasil atau akibat
kejatuhannya, melainkan memang kewajaraan atau naturnya jiwa itu bertempat
dalam badan jasmani. Jiwa tidak ada tanpa badan, akan tetapi jiwa tidak
bergantung pada badan. Jiwa lebih tinggi daripada badan, lebih hakikat daripada
badan.
Anselmus(1033-1109)
Ia mendahulukan iman daripada
akal. Ia mengatakan bahwa wahyu harus diterima lebih dulu sebelum kita mulai
berpikir. Dalam membuktikan adanya Tuhan, Anselmus menjelaskan lebih dulu bahwa
semua konsep adalah relatif. Karena di dalam makhluk kesempurnaan itu
bervariasi, maka kesempurnaan universal haruslah ada. Menurut pendapatnya,
makhluk terbatas ini tidaklah menciptakan diriny sendiri, mereka memerlukan
pencipta, itu adalah Tuhan. Lebih jauh, semua makhluk memiliki sejumlah
kebaikan, itu menunjukkan adanya kebaikan maha tinggi yang di sana semua
makhluk berpartisipasi.
Teori pengetahuan Anselmus
menyatakan bahwa pengetahuan dimulai dari penginderaan,lalu terbentuklah
pengetahuan akliah, terakhir adalah menangkap kebesaran Tuhan melalui jalur
mistik, kebaikan tertinggi bagi manusia ialah perenungan tentang kebesaran
Tuhan.
Thomas Aquinas (1225-1274)
Pandangannya tentang pengetahuan
dipengaruhi oleh keyakinannya bahwa Tuhan adalah awal dan akhir segala
kebijakan. Secara singkat alam semesta ini dalam pandangan Aquinas dibagi
kedalam lima kelas, yakni realitas anorganis, realitas animal, realitas
manusia,realitas malaikat, dan realitas Tuhan.
Aquinas berpendapat bahwa Tuhan
menciptakan alam semesta dari tiada, sekaligus, jadi berlawanan dengan teori
Darwin. Dalam mencipta itu Tuhan tidak dipengaruhi oleh apapun, karena itu ia
tidak memerlukan penciptaan secara evolusi. Menurut Aquinas, alam ini tidak
kekal. Sekalipun demikian, menurut pendapatnya akal tidak dapat membuktikan
apakah alam ini kekal ataukah tidak kekal.
Daftar Pustaka :
Tafsir,
Ahmad. 2008. FILSAFAT UMUM AKAL
DAN HATI SEJAK THALES SAMPAI CAPRA. Bandung : PT REMAJA ROSDAKARYA
Post a Comment
Post a Comment