Featured Post

Bilangan Live Draw 4 Digit

Bilangan  adalah suatu konsep  matematika  yang digunakan dalam  pencacahan  dan  pengukuran . Simbol ataupun lambang yang digunakan untuk mewakili suatu bilangan disebut sebagai  angka  atau lambang bilangan. Dalam matematika, konsep bilangan selama bertahun-tahun lamanya telah diperluas untuk mel…

ANALISIS BUKU FILSAFAT ILMU


Judul
Buku      : FILSAFAT ILMU


Penulis             : PROF. DR. AMSAL BAKHTIAR, M.A.


Penerbit           :PT RAJAGRAFINDO PERSADA


Tahun
terbit     : 2004


Agama,
ilmu, dan masa depan manusia


Ilmu
pengetahuan dari masa ke masa mengalami perubahan terhadap apa yang dianggap
sebagai kebenaran yang hakiki. Berbagai tahapan pengetahuan serta ragam jenis
sumber pengetahuan pun berkembang dimulai dari adanya filosofi alam hingga
berkembangnya rasionalitas. Begitupun dengan agama dimulai adanya agama yang
katanya bersifat kuno hingga bersifat modern yang membawa dampak tersendiri
bagi agama tersebut. Dengan demikian agama dan ilmu dalam berberapa hal memang
berbeda namun pada sisi tertentu memiliki kesaman. Agama lebih mengedepankan
moralitas dan menjaga tradisi yang sudah mapan (ritual), cenderung eksklusif
dan subjektif. Sedangkan ilmu selalu mencari yang baru, tidak terlalu terikat
dengan etika, progresif, bersifat insklusif dan objektif. Walaupun begitu
antara agama dan ilmu memiliki persamaan, yaitu bertujuan memberi ketenangan
dan kemudaan bagi manusia.


Agama
memberikan ketenangan dari segu batin karena ada janji kehidupan setelah
kematian, sedangkan ilmu memberi ketenangan dan sekaligus kemudahan bagi
kehidupan di dunia. Agama mendorong umatnya untuk menuntut ilmu, hamper semua
kitab suci menganjurkan umatnya untuk mencari ilmu sebanyak mungkin.


Karakteristik
agama dan ilmu tidak selalu harus dilihat dalam konteks yang bersebrangan,
tetapi juga perlu dipikirkan bagaimana keduanya bersinergi dalam membantu
kehidupan manusia yang lebih layak. Seperi semakin berkembangnya ilmu maka
semakin banyak pula problema yang datang mengiringinya. Tak hanya ilmu namun
agama pun mendapat tantangan dari rasionalitas manusia yang telah membuktikan
diri mampu mengubah penampilan dunia fisik. Perwujudan kearifan religious yang unspeakable dikalahkan oleh rasionalitas
yang senantiasa melihat persoalan secara teknis sebatas alam fisik. Pada
tingkat praktis, ‘agama kuno’ memiliki apresiasi terhadap kehidupan yang lebih
baik dan ini mengacu kepada jiwa yang lebih ksatria dan mulia, sedangkan agama
;modern’ mewakili sikap egoistis manusia terhadap lingkungannya jika bukan
memamerkan cara mengesahkan keserakahan, sekedar untuk tidak dianggap kuno
ataupun ketinggalan zaman.


Kemudian
semangat yang berlebihan dalam beragama justru akan merugikan dan merusak makna
agama itu sendiri. Di satu pihak penerapan rasionalitas dalam agama yang
dilakukan oleh mereka yang ingin memodernisasi agama agar sesuai dengan
kemajuan zaman atau berpretensi untuk membersihkan agama dari berbagai bid’ah
akan memiskinkan agama sekadar pelayan materialism, karena rasionalitas hanya
dapat bekerja pada wilayah logis yang speakble dan bukan wilayah reflektif dari
pengetahuan manusia dimana wilayah rasionalitas harus bekerja dua kali dan
dengan demikian mengingkari dirinya. Di pihak lain, religiusitas tidak dapat
direalisasi secara paksa karena hanya akan memuaskan perasaan manusia belaka.
Dan visualisasi yang bagaimanapun tentang Tuhan hanya menghasilkan patung
Tuhan.


Ilmu
dapat dilumpuhkan oleh biasnya sendiri. Sebagai mana juga agama. Di dunia Barat
dewasa ini tujuan ilmu adalah menjelaskan alam fisik, sementara tujuan agama
adalah menjelaskan alam spiritual. Seharusnya sinergi agama dan ilmu dalam
konteks ini dapat dilakukan demi terwujudnya keseimbangan peradaban manusia.
Sebab demi terwujudnya keseimbangan peradaban manusia, masing-masing pihak
masih tetap mempertahankan ego, maka masa depan umat manusia tidak dapat
diramalkan, bahkan akibatnya jauh lebih dahsyat daripada kehancuran perang
dunia ke II. Maka disnilah ilmu dan teknologi tidak harus dilihat dari aspek
yang sempit tetapi haus dilihat dari tujuan jangka panjang dan untuk
kepentingan kehidupan yang lebih abadi.


Begitulah
isi dari buku Filsafat Ilmu karya Prof. Dr. Amsal Bakhtiar, M.A yang
menjelaskan bagaimana perkembangan ilmu dan kaitannya dengan agama di masa depan.
Dimana buku ini memiliki bahasa tulisan ataupun gaya tulisan yang mudah
dipahami sehingga bagi para pemula pembelajar filsafat dapat memahami
konsep-konsep yang diberikan secara utuh sehingga itu kemudian menjadi
kelebihan dari buku ini ditambah dengan penjelasan yang dipaparkan pun
dijelaskan secara gamblang dan sedikit sekali penggunaan kosa kata yang
menyulitkan bagi pembaca. Namun dibalik kelebihannya itu pembahasan mengenai
perkembangan ilmu dalam buku ini hanya menawarkan sedikit konsep jika dibandingkan
dengan buku filsafat ilmu yang lain sehingga pembaca yang telah memiliki
pengalaman membaca filsafat ilmu dari sumber yang lain merasa kurang
dikarenakan sedikitnya pembahasan konsep yang ditampilkan.




Jika dianalisa dengan dua buku
sebelumnya yakni buku Immanuel kant mengenai akal budi dan buku filsafat umum
akal dan hati sejak Thales hingga Capra,penulis menyajikan tulisan bernada sama
dengan dua buku sebelumnya dimana dua buku sebelumnya menyebutkan perlu adanya
berimbang antara ilmu (akal) dengan agama (hati) dimana dengan adanya
keseimbangan antara ilmu dan agama akan membawa kepada peradaban yang lebih
baik dan jika dominan salah satunya ataupun keberpihakan masyarakat terhadap
ilmu atau agama saja maka akan terajadi hal yang lebih buruk dari perang dunia
ke II dimana pada era modern seperti sekarang ini kemujan ilmu dan teknologi
sendiri pun dianggap sebagai suatu kebaikan terhadap peradaban manusia sehingga
kini pun banyak individu yang kemudian cenderung memilih terdapat satu sisi
antara agama atau ilmu ini. Padahal sebagaimana yang dijelaskan oleh kant
sendiri pun sains tidak dapat sepenuhnya memberikan keutuhan kebenaran walaupun
sains memberikan jawaban terhadap apa yang bersifat empiris. Penting adanya
peranan hati dalam kebaikan kehidupan manusia. Begitu pun dijelaskan dalam buku
filsafat umum akal dan hati di jalur timur, jelas menjabarkan keberpihakan
al-quran pun menghargai akal dan memerlukan hati dalam kehidupan manusia
sehingga kelak di masa depan pun perlu adanya keteraturan antara agama dan
ilmu. 

Related Posts

Post a Comment

Subscribe Our Newsletter