Featured Post

Bilangan Live Draw 4 Digit

Bilangan  adalah suatu konsep  matematika  yang digunakan dalam  pencacahan  dan  pengukuran . Simbol ataupun lambang yang digunakan untuk mewakili suatu bilangan disebut sebagai  angka  atau lambang bilangan. Dalam matematika, konsep bilangan selama bertahun-tahun lamanya telah diperluas untuk mel…

ANALISIS BUKU FILSAFAT UMUM AKAL DAN HATI SEJAK THALES SAMPAI CAPRA


Buku               : FILSAFAT UMUM AKAL DAN HATI
SEJAK THALES SAMPAI CAPRA


Penulis             : PROF. DR. AHMAD TAFSIR


Penerbit           :PT REMAJA ROSDAKARYA


Tahun
Terbit    : 2008


Jika
menilik pada pemikiran Kant terkait akal dan hati yang memiliki kesinambungan
diantara keduanya. Yang jika melihat sejarah akal dan hati pada pemikiran jalur
barat seperti Kant ini memiliki perbedaan dengan pandangan akal dan hati di
jalur timur yaitu dunia islam. Dimana dalam buku kedua mengenai FILSAFAT UMUM
akal dan Hati Sejak Thales Sampai Capra, terdapat perbedaan mengenai akal dan
hati yakni dari segi waktu dan sifat dominasinya. Dimana akal sedang kalah
total di Barat, seperti misalnya dalam abad pertengahan namun di Timur akal
sedang dihargai. Hal ini berkaitan dengan waktunya. Sedangkan mengenai sifat
dominasinya, akal di Timur dihargai, tetapi tidak sampai mendominasi jalan
hidup sehingga menyebabkan orang islam meninggalkan agama, lalu mengambil
materialism dan ateisme. Sedangkan barat dominasi akan terlalu besar sehingga
orang akan mengambil materialism dan ateisme sementara hati, ketika mendominasi
akal secara total akan ditentang. Dalam hal dominasi ini bertolak belakang
dengan pernyataan Kant dimana ia menyebutkan bahwa dalam memahami agama akal
dan sains tidak dapat diandalkan maka selanjutnya morallah yang dapat
menjawabnya. Sehingga antara Kant dan dominasi ini terdapat perbedaan
penempatan akal dan hati dimana dominasi timur lebih kepada keberpihakan
terhadap satu hal baik akal ataupun hati yang kemudian mendominasi. Namun
menurut Kant akal dan hati ini diperlukan atau sama-sama menang.


Terdapat
perbedaan antara pemikiran rasional (filsafat) dan rasa (tashawwuf) atau jalur
hati (rasa), yang diantaranya ada yang bersiat prinsip. Akan tetapi perbedaan
itu tidak menyebabkan ada orang islam yang didominasi oleh akal secara total
sebagaimana halnya tidak ada juga orang islam yang didominasi oleh hati (rasa)
seratus persen. Buktinya ialah tidak ada filosof maupun sufi islam yang
meninggalkan iman, apalagi sampai mengambil paham materialisme atau atheism.
Penghargaan terhadap Al-qur’an pada akal dan hati ini tidak menimbulkan akibat
seperti di Barat. Jadi penghargaan pada akal di Barat dan di Timur sama-sama
membawa akibat berkembangnya filsafat rasional, tetapi tidak sama kekuatan
dominasinya terhadap jalan hidup manusia. Adanya pembahasan dominasi ini
menilik pada beberapa abad yang terjadi adanya kemenangan terhadap satu hal
saja misalnya hati atau akal semata. Dalam dunia barat yakni kitab suci Kristen
memang tidak memberikan ruang bagi penggunaan akal berbeda dengan kitab suci
Al-Quran yang menghargai akal dan hati sehingga terjadi pula perbedaan dominasi
diantara keduanya.


penghargaan terhadap hati di barat dan timur sama-sama
mengembangkan mistisisme, tetapi di barat sampai menjauhi filsafat, sedangkan
di Timur tidak berakibat menjauhi akal. Mengapa demikian ? Karena Kitab Suci
Islam (Al-Qur’an) menghargai akal dan hati, sedangkan kitab suci kristen memang
tidak memberi tempat bagi penggunaan akal. Pertengahan anatara akal dan hati
(iman) memang terjadi juga di dalam islam, tetapi tidak sehebat di Barat. Di
Timur filosof ada yang benar-benar mengambil paham materialisme dan atau
ateisme. Di dalam islam perbedaan antara filosof dan sufi hanyalah perbedaan
visi dalam menafsirkan Kitab Suci; orang-orang filsafat umumnya menggunakan
takwil kearah rasio sementara orang-orang tashawwuf juga menggunakan takwil,
tetapi ke arah rasa. Perkembangan itu tidak meyebabkan gejolak yang berarti
didalam islam. Gejolak ada juga sedikit seperti terlihat pada buku Al-Ghazali.
Jadi, perbedaan dominasi itu, sekalipun tidak total, tetap ada merugikan Islam
dan umat Islam.


Filosof menafsirkan kitab suci terlalu didominasi oleh akal
rasional; metode dan ukurannya ialah logika. Dari cara ini muncul pendapat
mereka yang sepintas seperti berlawanan dengan teks Kitab Suci. Nasution
(1989:44-45) mengutip Al-Ghazali, menerangkan bahwa ada sepuluh pendapat
filosof yang dianggap menyimpang dari Islam, menurut Al-Ghazali, yaitu : (1)
Tuhan tidak mempunyai sifat, (2) Tuhan mempunyai substansi sederhana dan tidak
mempunyai hakikat (mahiyah), (3) Tuhan tidak mengetahui partikular (Juz’iyyat),
(4) Tuhan tidak dapat diberi sifat genus dan diferentia, (5) planet adalah
bintang yang bergerak dengan kemauan, (6) jiwa planet mengetahui Juz’iyyat, (7)
Hukum alam tidak dapat berubah, (8) pembangkitan jasmani tidak ada, (9) alam
ini qadim, dan (10) alam ini kekal. Tiga diantara kesepuluh pendapat itu,
menurut Al-Ghazali, membawa kepada kekufuran, yaitu (1) alam qadim (tidak
mempunyai permulaan), (2) Tuhan tidak mengetahui partikular, dan (3)
pembangkitan jasmani tidak ada.


Pemikiran rasional itu mungkin saja dapat menimbulkan akibat
negatif bagi Islam dan umat Islam, tetapi mungkin juga Al-Ghazali yang benar
bahwa pendapat itu dapat membawa kepada kekufuran. Akan tetapi, pemikiran
rasioanal itu ternyata telah menunjang perkembangan budaya dalam Islam.
Perkembangan itu terutama terjadi setelah abad ke-8 sampai dengan abad ke-13.
Pada masa-masa ini berkembanglah penerjemahan karya yunani ke dalam bahasa Arab
atas dorongan khalifah Al-Manshur dan Harun al-Rasyid, kemudian al-Ma’mun.
berdirilah perguruan Bait al-Hikmah yang selain sebagai pusat penerjemahan,
juga menjadi pusat pengembangan filsafat dan sains.


Kepala penerjemah di Bait al-Hikmah ialah Hunain Ibn Ishaq
al-‘Ibadi (809-877), orang nasrani. Mereka menerjemahkan buku-buku yunani
seperti karya Galen, Hipokrates, Ptolemeus, Euklid, dan Aristoteles. Yang
mencakup pengetahuan filsafat, kedokteran, matematika, fisika, mekanika,
botani, optika, astronomi, dan lain-lain. Gerakan penerjemahan ini berlangung
selama tahun 750-900. Hasilnya ialah berkembangnya ilmu hitung, ilmu ukur,
al-jabar, ilmu falak, kedokteran, kimia, ilmu alam, geografi, sejarah, dan
bahasa serta sastra Arab di samping filsafat itu sendiri, terkenallah nama-nama
besar seperti Al-Biruni (973-1048), Umar al-Khayyam (1048-1123), Ibn Musa
al-Khawarizmi(780-850), Zakaria Ar-Razi (865-925), dan Ibn Sina (filosof dan
dokter) (980-1037). Buku-buku ini kelak yang mempengaruhi Barat menuju
modernisasinya.


Uraian selintas itu memperlihatkan bahwa penghargaan
Al-Qur’an kepada akal telah menimbulkan kemajuan yang amat penting, itu adalah
akibat yang positif. Akibat negatif juga ada, antara lain, Al-Qur’an cenderung
dirasionalkan. Akibat yang lain adalah rasa beragama yang dangkal, beragama
terasa kering, maka kesungguhan beragama akan kurang, dengan kata lain,
agamanya kurang kuat.


Berkembangnya pemikiran rasional (filsafat) dalam islam
memperoleh dorongan dari dua sumber : dari Al-Qur’an dan dari luar Al-Qur’an.
Al-Qur’an adalah kitab suci yang diterima kebenarannya sehingga ia amat
berwibawa. Berbeda dari kitab suci kristen, kitab suci yang di bawa oleh Nabi
Muhammad saw, amat menghargai akal. Kata arab yang dapat berarti “kegiatan
pikir” cukup banyak terdapat di dalam Al-Qur’an.


Dalil-dalil naqli itu mempunyai kekuatan yang amat dahsyat
mendorong orang islam untuk menggunakan dan mengembangkan akalnya. Hasilnya,
seperti dapat dilihat dalam sejarah, ialah berkembangnya pengetahuan rasional
(filsafat) dan sains dalam islam. Filsafat yunani (dan sains yunani) banyak
mempengaruhi perkembangan filsafat dan sains salam islam. Filsafat dan sains
yunani mulai bekembang sejak kurang-lebih tahun 600 SM. Pada masa aristoteles
(384-322 SM), jadi hanya kira-kira 300 tahun sejak thales, filsafat dan sains
yunani sudah berkembang pesat, baik obyek bahasan maupun kedalamannya. Islam
lahir pada tahun  600-an. Filsafat dalam islam berkembang secara
intensif sejak tahun 800-an.


Masuknya filsafat dan sains yunani ke dalam islam lebih
banyak terjadi melalui irak dibandingkan dengan melalui daerah-daerah lain.
Disanalah timbulnya gerakan penerjemahan karya-karya yunani ke dalam bahasa
arab, atas dorongan khalifah Al-Manshur, kemudian khalifah Harun Ar-Rasyid,
dilanjutkan oleh puteranya, khalifah Al-Ma’mun. Ba’it al-Hikmah didirikannya.
Selain sebagi pusat penerjemah, masjid juga sebagai pusat pengembangan filsafat
dan sains yang ditinggalkan oleh yunani tadi. Selain buku-buku yunani, buku
persia dan India juga diterjemahkan kedalam bahasa arab.


Dari India terutama diambil astronomi dan matematika, dari
persia diambil sastra dan seni. Gerakan penerjemahan ini terjadi dari tahun 750
samapi tahun 900 M. Inilah riwayat singkat masuknya filsafat dan sains yunani
(dan india serta parsi sedikit) ke dalam islam. Oleh karena itu, dapatlah
dipahami mengapa filsafat dengan beberapa cabangnya, dengan cepat berkembang di
dalam masyarakat Islam. Dalam pengembangan sains dan filsafat itu, jasa orang
islam sekurang-kurangnya ada tiga : (1) menerjemahkan, (2) Membuat komentar
sehingga karya yunani itu lebih mudah dipahami, dan (3) menambahkan beberapa
hal baru, termasuk koreksi-koreksi.


Karya-karya itu tersebar ke Barat melalui berbagai jalur.
Jalur yang paling utama ialah Cordova. Selain itu, melalui Sisilia pengetahuan
itu meyeberang juga ke Barat. Jika orang mengatakan orang barat dapat maju
karena berhutang pada Islam, pernyataan itu tidaklah semuanya benar. Yang benar
ialah orang barat berhutang pada orang yunani dan juga kepada orang Islam,
sebenarnya juga pada orang india dan parsi.


Al-Qur’an menghargai akal. Dari dorongan ini berkembanglah
filsafat dan sains Islami yang kelak diteruskan ke Barat. Selain itu Al-Qur’an
juga menghargai rasa atau hati. Ayat-ayat Al-Qur’an banyak juga yang tidak
dapat dipahami dengan akal; yang hanya mungkin dipahami dengan rasa. Oleh
karena itu, pengetahuan yang berbasis rasa cukup berkembang  masyarakat
Islam yang ini disebut jalur rasa, jalur tashawwuf.





Sehingga
berdasar pada uraian tadi mengenai akal dan hati di jalur barat, telah
dijelaskan dengan melihat
Al-Ghazali itu
membuktikan bahwa dominasi akal yang tidak seimbang dengan dominasi hati akan
merugikan Islam dan umat Islam, demikian juga dominasi hati yang tidak seimbang
dengan dominasi akal. Keseimbangan pikir dan dzikir, dapat dilakukan dalam
Islam. Penyeimbangan seperti itu tampaknya tidak dapat dilaukan di dunia Barat
kristen. Bukti yang jelas ialah perlunya sekuralisme di Barat. Ini membuktikan
tak mungkinnya keseimbangan dominasi itu dilakukan.





Dalam hal ini terdapat kesamaan dengan
kritik kant dimana mengemukakan bahwa akal dan hati haruslah seimbang, tidak
ada satu yang saling mendominasi. Seperti yang telah dijelaskan oleh kan hanya
akal budi praktis sajalah yang mampu menyentuh daerah noumena sehingga perlu
adanya keteraturan, keseimbangan antara akal, dan hati karena antara keduanya
saling melengkapi. Begitu yang telah dikemukakan pada akal dan hati di jalur
timur ini harus terdapat kesesuaian antara akal dan hati. Tidak dapat salah
satunya mendominasi karena akan menghasilkan kehancuran bagi umat islam. Karena
hakikatnya al-qur’an sendiri menghargai akal bukan hanya sebatas pada hati
semata atau lebih mengunggulkan hati.




Setelah membaca keduanya, saya kemudian
lebih berpihak terhadap pemikiran kant dan jalur timur ini karena pada dasarnya
manusia sejak lahir memiliki kata hati dan telah terlahir dengan memiliki hati.
Dimana suara hati ini ialah suara yang selalu mengajak menjadi orang yang baik.
Dan dalam dunia ini khususnya kehidupan ini kebaikan kemudian menjadi suatu
nilai yang dielukan ataupun didambakan oleh sebagian masyarakat karena mampu
membawa kehidupan kearah kedamaian dan mendekatkan kepada tuhan sebagai puncak
dari segala kebaikan yang ada. Dan kemudian dengan adanya hati juga maka akan
timbul moral yang merupakan aturan berbuat yang muncul setelah manusia itu
bergaul dengan masyarakat atau telah mengalami interaksi maupun sosialiasi
dengan yang lainnya. Sehingga kemudian moral ini dibentuk oleh pengaruh
lingkungan.

Related Posts

Post a Comment

Subscribe Our Newsletter